Rabu, 03 September 2008

Penerimaan Diri

" Bagaimana aku dapat menjadi orang besar seperti tuan ? "

" Mengapa orang besar ? " tanya Sang Guru.

" Menjadi orang itu sudah keberhasilan cukup besar. "


(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Mundur

" Bagaimana aku dapat menolong dunia. "

" Dengan memahaminya," kata Sang Guru.

" Dan bagaimana aku memahami dunia itu ? "

" Dengan menjauh dari situ. "

" Lalu bagaimana aku melayani umat manusia ? "

" Dengan memahami dirimu sendiri. "


(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Membicarakan Orang

Seorang murid mengaku punya kebiasaan jelek mengulang omongan membicarakan orang.

Guru menjawab nakal : " Mengulang tidak begitu jelek, jikalau engkau tidak mengulang sambil menunjang ! "


(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Berubah

Kepada seorang murid yang selalu mengeluh tentang orang lain,

Sang Guru bertanya, " Jika damai yang kau kehendaki, ubahlah dirimu sendiri, bukan orang lain.

Lebih mudah melindungi kakimu dengan trumpah, daripada menggelari seluruh bumi dengan permadani.

(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Sabtu, 30 Agustus 2008

Penerangan Batin

Orang bepergian : " Akan seperti apa cuaca hari ini ? "

Gembala : " Cuaca yang saya sukai. "

" Bagaimana engkau tahu cuaca akan seperti yang kau sukai ? "

" Tuan, karena saya sudah mengalami bahwa saya tidak selalu memperoleh yang saya inginkan, saya sudah belajar untuk selalu menyukai yang saya dapatkan. Maka saya yakin bahwa cuaca hari ini akan seperti yang saya sukai. "


Kegembiraan dan tidak adanya kegembiraan terletak pada cara kita menghadapi kejadian-kejadian, tidak pada hakikat kejadian-kejadian itu sendiri.


(Doa Sang Katak 2, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1990)

Hubungan

Seorang wanita muda menelpon suatu percetakan.
" Apakah anda ingat kartu pernikahan yang saya pesan minggu yang lalu.
Saya tidak tahu apakah sekarang sudah terlambat untuk membuat perubahan. "

" Katakan perubahan-perubahan itu nona, dan saya akan melihatnya, "
kata pemilik percetakan itu.

" Baiklah. Waktunya lain, gerejanya lain, calon suami juga lain. "


Sungguh mustahil dapat bahagia menikah dengan orang lain,
kalau ia tidak pertama-tama bercerai dengan dirinya sendiri.


(Doa Sang Katak 2, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1990)

Jumat, 29 Agustus 2008

Manipulasi

Sang Guru terus mendengarkan keluhan-keluhan seorang wanita tentang suaminya.

Akhirnya ia berkata," Perkawinanmu itu, bu, bisa menjadi lebih bahagia,
bila engkau mau menjadi isteri yang lebih baik. "

" Dan bagaimana itu ? "

" Menghentikan semua usahamu menjadikan suamimu lebih baik. "


(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Hidup Batin

Dua penghuni lembaga bisu-tuli bertengkar.
Ketika seorang petugas datang untuk menjernihkan masalah mereka,
salah satu dari orang itu berdiri membelakangi yang lain,
dan tertawa terbahak-bahak.

" Apa yang lucu ? Mengapa kawanmu ini tampak begitu marah ? "
tanya petugas itu dengan bahasa isyarat.

Si bisu itu menjawab,
juga dengan bahasa isyarat, " Karena ia mau menyumpahi saya, tetapi saya tidak mau melihatnya ! "


(Doa Sang Katak 2, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1990)

Falsafah

Sebelum pengunjung memutuskan menjadi murid, ia meminta kepastian dari Guru.

" Apa tuan dapat mengajarkan Tujuan hidup manusia kepadaku ? "

" Aku tidak bisa. "

" Atau sekurang-kurangnya artinya ? "

" Aku tidak bisa. "

" Dapatkah tuan menunjukkan kepadaku arti kematian dan arti kehidupan di seberang kubur ? "

" Aku tidak bisa."

Pengunjung pergi menghina.
Para murid merasa kecewa !
Karena cara Guru menampilkan diri kurang menguntungkan namanya.

Kata Guru menghibur, " Apa gunanya mengerti dasar dan makna kehidupan,
bila orang tidak pernah mengenyamnya ?

Aku lebih senang engkau makan jenangmu daripada memikir-mikir maknanya. "


(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Mujizat

Orang menjelajahi bumi dan lautan untuk sendiri menyelidiki kemashuran Sang Guru yang luar biasa.

" Mujizat-mujizat apa telah dilakukan oleh Guru anda ? "

ia bertanya kepada seorang murid.

" Yaah, ada mujizat dan mujizat.

Di negaramu dianggap mujizat kalau Tuhan melakukan kemauan orang.

Di negara kami dianggap mujizat, kalau orang melakukan kehendak Allah


(Sejenak Bijak, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1987)

Kamis, 28 Agustus 2008

Cinta Tanpa Pamrih

"Adakah cinta tanpa pamrih?" tanya seseorang.

Sang Guru menjawab:

Pak Anu berdiri cemas ketika para malaikat surga memeriksa catatan hidupnya. Akhirnya, Malaikat Pencatat berkata, "Mana mungkin?! Belum pernah ada yang seperti ini! Selama hidupmu kamu belum pernah melakukan dosa ringan apa pun ... yang lebih kecil dari dosa ringan pun tidak. Segala hal yang kamu lakukan adalah perbuatan kasih dan kebaikan semata. Nah, dalam kategori mana kami dapat memperbolehkan kamu masuk surga? Tidak bisa sebagai malaikat, karena kamu bukan malaikat. Tidak bisa sebagai manusia, karena kamu tidak punya satu kelemahan. Begini saja, kami akan mengirim kamu kembali ke bumi selama sehari, sehingga kamu dapat melakukan sekurang-kurangnya satu dosa. Lalu kembalilah kepada kami sebagai manusia." Pak Anu yang tidak berdosa namun malang itu terdampar di sudut kotanya, sedih dan bingung karena diharuskan menyimpang sekurang-kurangnya satu langkah kecil dari jalan hidup yang benar. Satu jam berlalu. Kemudian dua jam. Lalu tiga jam berlalu. Pak Anu masih termangu tak berdaya, bingung apa yang harus ia lakukan. Maka ketika seorang perempuan bertubuh padat memberikan kerdipan padanya, ia menanggapinya tanpa pikir panjang lagi.Perempuan itu tidak muda dan tidak cantik, tetapi ia adalah paspor ke surga. Maka, Pak Anu tidur dengannya malam itu.Ketika fajar menyingsing, Pak Anu melihat jamnya. Ia harus cepat-cepat. Setengah jam lagi ia akan dibawa ke surga.Ketika ia sedang mengenakan pakaiannya, ia mendadak tertegun karena perempuan tua itu memanggilnya dari tempat tidurnya,
"Oh ... sayangku, Pak Anu, betapa baiknya yang telah engkau lakukan padaku malam ini."



(Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello, Penerbit Kanisius, 1997)

Cinta

“ Temanku tidak kembali dari peperangan, Kapten.

Saya mohon izin untuk pergi keluar dan mencari dia. “

“ Izin ditolak, “ kata perwira. “ Aku tidak mau engkau mempertaruhkan hidupmu; kemungkinan besar ia sudah mati. “

Namun prajurit pergi juga, dan sejam kemudian kembali, luka parah, membawa jenazah temannya.

Perwira marah sekali. “ Sudah kukatakan, ia sudah mati.
Sekarang aku kehilangan kamu berdua.
Bagaimana, apa wajar keluar hanya untuk membawa pulang jenazah ? “

Yang hampir mati menjawab : “ Oh, wajar Kapten.
Ketika aku datang, ia masih hidup.
Dan ia berkata kepadaku, Yack, saya yakin, engkau akan datang. “


(Doa Sang Katak 1, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, Cetakan 15, 1990)

Cinta

Pada pemakaman orang yang sangat kaya, seorang asing kelihatan meratap menangis keras-keras seperti yang lain.

Imam yang bertugas datang kepadanya dan bertanya :

“ Mungkin saudara masih kerabat dekat dengan yang meninggal ? “

“ Tidak. “

“ Nah mengapa saudara menangis ? “

“ Entahlah mengapa. “


Semua kesedihan – entah pada kesempatan apa – itu karena diri sendiri.


(Doa Sang Katak 1, Anthony De Mello, Penerbit Kanisius, 1990)

Rabu, 27 Agustus 2008

Kaya Namun Malang

"Saya kaya, namun malang. Mengapa?"

"Karena kamu menghabiskan terlalu banyak waktu untuk mencari uang,

dan terlalu sedikit untuk bercinta," kata Sang Guru.


(Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello, Penerbit Kanisius, 1997)

Emosi Negatif

"Orang tidak ingin membuang rasa iri hati, rasa cemas, rasa marah, dan rasa salah,
karena emosi-emosi negatif itu memberikan kepada mereka sensasi,

perasaan sungguh-sungguh hidup," kata Sang Guru.

Dan beginilah ia memberikan ilustrasi.

Seorang tukang pos mengambil jalan pintas melalui rerumputan dengan naik sepedanya.

Sampai di tengah, seekor sapi jantan melihatnya dan mengejarnya.


Orang yang malang itu hampir saja kena tanduk.

"Nyaris kena, ya?" kata Sang Guru yang menyaksikan peristiwa itu.

"Ya," kata orang tua itu terengah-engah. "selalu begitulah selama ini ."



(Berbasa-basi Sejenak, Anthony de Mello, Penerbit Kanisius, 1997)